Metode Dan Pendekatan Saintifik


Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik ialah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa semoga penerima didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan aneka macam teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong penerima didik untuk mencari tahu berita dari aneka macam sumber melalui  observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan keterampilan proses, ibarat aktivitas pengamatan atau observasi yang diharapkan untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data. Menurut Sani (2014: 51) metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh karena itu, percobaan sanggup diganti dengan aktivitas memperoleh berita dari aneka macam sumber. Dalam melakukan aktivitas tersebut, perlindungan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik 

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah  (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi penerima didik. (2) untuk membentuk kemampuan penerima didik dalam merampungkan suatu problem secara sistematik. (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana penerima didik merasa bahwa berguru itu merupakan suatu kebutuhan. (4) diperolehnya hasil berguru yang tinggi (5)  untuk melatih penerima didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah (6) untuk berbagi abjad penerima didik (Hosnan, 2014).

Prinsip – Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Beberapa pendekatan saintifik dalam aktivitas pembelajaran ialah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa,
2. Pembelajaran membentuk student self concept,
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4. Pembelajaran memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip,
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa,
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi berguru siswa dan motivasi mengajar guru,
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi,
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. ( Hosnan,2014 : 37)

Langkah – langkah  umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran mencakup menggali berita melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi ibarat ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (Hosnan, 2014).
Dalam buku Materi Pelatihan Guru, Syarif memaparkan  bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan menjadi liam pengalaman belajar, sebagai berikut :

Mengamati (observasi)

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, ibarat menyajikan media obyek secara nyata, penerima didik senang dan tertantang, dan praktis pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan penerima didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi penerima didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

Menanya 

Dalam aktivitas mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada penerima didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing penerima didik untuk sanggup mengajukan pertanyaan: pertanyaan perihal yang hasil pengamatan objek yang konkrit hingga kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual hingga kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana penerima didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan perlindungan guru untuk mengajukan pertanyaan hingga ke tingkat di mana penerima didik bisa mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari aktivitas kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui aktivitas bertanya dikembangkan rasa ingin tahu penerima didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin sanggup dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari berita yang lebih lanjut dan bermacam-macam dari sumber yang ditentukan guru hingga yang ditentukan penerima didik, dari sumber yang tunggal hingga sumber yang beragam.

Kegiatan “menanya” dalam aktivitas pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah mengajukan pertanyaan perihal berita yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk menerima berita embel-embel perihal apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam aktivitas ini ialah berbagi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan berguru sepanjang hayat.

Mengumpulkan Informasi 

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan berita dari aneka macam sumber melalui aneka macam cara. Untuk itu penerima didik sanggup membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari aktivitas tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, program mengumpulkan berita dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, program wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah berbagi sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan berita melalui aneka macam cara yang dipelajari, berbagi kebiasaan berguru dan berguru sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar 

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam aktivitas pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah memproses berita yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil aktivitas mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari aktivitas mengamati dan aktivitas mengumpulkan informasi. Pengolahan berita yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman hingga kepada pengolahan berita yang bersifat mencari solusi dari aneka macam sumber yang memiliki pendapat yang berbeda hingga kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu berita dengan berita lainya, menemukan teladan dari keterkaitan berita tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah berbagi sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai aktivitas menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang sanggup diobservasi untuk memperoleh selesai berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori berguru asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan bermacam-macam ide dan mengasosiasikan bermacam-macam insiden untuk kemudian memasukannya menjadi cuilan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam rujukan dengan insiden lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari aktivitas mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar berita dan menemukan aneka macam teladan dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bahu-membahu dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual menciptakan kesimpulan.

Mengomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada penerima didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini sanggup dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam aktivitas mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil berguru penerima didik atau kelompok penerima didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam aktivitas pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah memperlihatkan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya ( Syarif,2013). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam aktivitas ini ialah berbagi sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan berbagi kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran

Kegiatan pembelajaran mencakup tiga aktivitas pokok, yaitu aktivitas pendahuluan, aktivitas inti, dan aktivitas penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan penerima didik sanggup mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai teladan saat memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para penerima didik dan menanyakan ketidakhadiran penerima didik apabila ada yang tidak sanggup hadir.

Dalam metode saintifik tujuan utama aktivitas pendahuluan ialah memantapkan pemahaman penerima didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran gres yang akan dipelajari oleh penerima didik. Dalam aktivitas ini,  guru harus mengupayakan semoga penerima didik yang belum paham suatu konsep sanggup memahami konsep tersebut, sedangkan penerima didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut sanggup dihilangkan. Pada aktivitas pendahuluan, disarankan guru memperlihatkan fenomena atau insiden “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang sanggup menggugah timbulnya pertanyaan pada diri penerima didik (Rahman, 2014).

Tahapan program berguru yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti mekanisme yang kaku, namun sanggup disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari (Sani ,2014: 54). Kemudian Sani (2014:76) memperlihatkan bahwa metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik antara lain : pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis problem (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan metode lain yang relevan.

Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan yaitu sebagai  berikut :

Kelebihan Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreaktif dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk aktif dengan aneka macam sumber belajar.
Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep hukum atau prinsip.
Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
sanggup berbagi abjad siswa
Penilaiannya mencakup semua aspek “.

Kelemahan Metode saintifik :

Membutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan berguru dengan menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif maka pembelajaran tidak sanggup dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru jarang menjelaskan materi pelajaran karena guru banyak yang beranggapan  bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.

Daftar Pustaka :

2016. Pengertian Metode Saintifik. http://www.rijal09.com/2016/12/pengertian-pendekatan-saintifik. Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2017.
Melani, Deandra. 2017. Pengertian Pendekatan Saintifik dan Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013. https://berkatilmu21.blogspot.com/search?q=saintifik-getbackoutside-1.jpg?w=1000" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">

Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik ialah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa semoga penerima didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan aneka macam teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong penerima didik untuk mencari tahu berita dari aneka macam sumber melalui  observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan keterampilan proses, ibarat aktivitas pengamatan atau observasi yang diharapkan untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data. Menurut Sani (2014: 51) metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh karena itu, percobaan sanggup diganti dengan aktivitas memperoleh berita dari aneka macam sumber. Dalam melakukan aktivitas tersebut, perlindungan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan.

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik 

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah  (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi penerima didik. (2) untuk membentuk kemampuan penerima didik dalam merampungkan suatu problem secara sistematik. (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana penerima didik merasa bahwa berguru itu merupakan suatu kebutuhan. (4) diperolehnya hasil berguru yang tinggi (5)  untuk melatih penerima didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah (6) untuk berbagi abjad penerima didik (Hosnan, 2014).

Prinsip – Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Beberapa pendekatan saintifik dalam aktivitas pembelajaran ialah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa,
2. Pembelajaran membentuk student self concept,
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4. Pembelajaran memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip,
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa,
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi berguru siswa dan motivasi mengajar guru,
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi,
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. ( Hosnan,2014 : 37)

Langkah – langkah  umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran mencakup menggali berita melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi ibarat ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (Hosnan, 2014).
Dalam buku Materi Pelatihan Guru, Syarif memaparkan  bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan menjadi liam pengalaman belajar, sebagai berikut :

Mengamati (observasi)

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, ibarat menyajikan media obyek secara nyata, penerima didik senang dan tertantang, dan praktis pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan penerima didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi penerima didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

Menanya 

Dalam aktivitas mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada penerima didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing penerima didik untuk sanggup mengajukan pertanyaan: pertanyaan perihal yang hasil pengamatan objek yang konkrit hingga kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual hingga kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana penerima didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan perlindungan guru untuk mengajukan pertanyaan hingga ke tingkat di mana penerima didik bisa mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari aktivitas kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui aktivitas bertanya dikembangkan rasa ingin tahu penerima didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin sanggup dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari berita yang lebih lanjut dan bermacam-macam dari sumber yang ditentukan guru hingga yang ditentukan penerima didik, dari sumber yang tunggal hingga sumber yang beragam.

Kegiatan “menanya” dalam aktivitas pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah mengajukan pertanyaan perihal berita yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk menerima berita embel-embel perihal apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam aktivitas ini ialah berbagi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan berguru sepanjang hayat.

Mengumpulkan Informasi 

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan berita dari aneka macam sumber melalui aneka macam cara. Untuk itu penerima didik sanggup membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari aktivitas tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, program mengumpulkan berita dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, program wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah berbagi sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan berita melalui aneka macam cara yang dipelajari, berbagi kebiasaan berguru dan berguru sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar 

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam aktivitas pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah memproses berita yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil aktivitas mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari aktivitas mengamati dan aktivitas mengumpulkan informasi. Pengolahan berita yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman hingga kepada pengolahan berita yang bersifat mencari solusi dari aneka macam sumber yang memiliki pendapat yang berbeda hingga kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu berita dengan berita lainya, menemukan teladan dari keterkaitan berita tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah berbagi sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai aktivitas menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang sanggup diobservasi untuk memperoleh selesai berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori berguru asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan bermacam-macam ide dan mengasosiasikan bermacam-macam insiden untuk kemudian memasukannya menjadi cuilan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam rujukan dengan insiden lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari aktivitas mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar berita dan menemukan aneka macam teladan dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bahu-membahu dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual menciptakan kesimpulan.

Mengomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada penerima didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini sanggup dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam aktivitas mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil berguru penerima didik atau kelompok penerima didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam aktivitas pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, ialah memperlihatkan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya ( Syarif,2013). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam aktivitas ini ialah berbagi sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan berbagi kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran

Kegiatan pembelajaran mencakup tiga aktivitas pokok, yaitu aktivitas pendahuluan, aktivitas inti, dan aktivitas penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan penerima didik sanggup mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai teladan saat memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para penerima didik dan menanyakan ketidakhadiran penerima didik apabila ada yang tidak sanggup hadir.

Dalam metode saintifik tujuan utama aktivitas pendahuluan ialah memantapkan pemahaman penerima didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran gres yang akan dipelajari oleh penerima didik. Dalam aktivitas ini,  guru harus mengupayakan semoga penerima didik yang belum paham suatu konsep sanggup memahami konsep tersebut, sedangkan penerima didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut sanggup dihilangkan. Pada aktivitas pendahuluan, disarankan guru memperlihatkan fenomena atau insiden “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang sanggup menggugah timbulnya pertanyaan pada diri penerima didik (Rahman, 2014).

Tahapan program berguru yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti mekanisme yang kaku, namun sanggup disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari (Sani ,2014: 54). Kemudian Sani (2014:76) memperlihatkan bahwa metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik antara lain : pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis problem (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan metode lain yang relevan.

Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan yaitu sebagai  berikut :

Kelebihan Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreaktif dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk aktif dengan aneka macam sumber belajar.
Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep hukum atau prinsip.
Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
sanggup berbagi abjad siswa
Penilaiannya mencakup semua aspek “.

Kelemahan Metode saintifik :

Membutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan berguru dengan menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif maka pembelajaran tidak sanggup dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru jarang menjelaskan materi pelajaran karena guru banyak yang beranggapan  bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.

Daftar Pustaka :

2016. Pengertian Metode Saintifik. http://www.rijal09.com/2016/12/pengertian-pendekatan-saintifik. Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2017.

Belum ada Komentar untuk "Metode Dan Pendekatan Saintifik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel