Rukun Dan Syarat Khutbah

kata yang dimulai dengan kalimat memuji kepada Allah  Rukun dan Syarat Khutbah

Khutbah yakni kata-kata yang dimulai dengan kalimat memuji kepada Allah (hamd) dan diakhiri dengan do’a dan maudidzah. Khutbah yang disyari’atkan ada sepuluh, yakni Khutbah Jum’at, Khutbah shalat hari raya (idul fitri dan idul adha), khutbah shalat gerhana bulan dan matahari, dan empat khutbah dalam pelaksanaan ibadah haji.

Semua khutbah di atas harus dilaksanakan setelah shalah, kecuali khutbah shalat Jum’at dan khutbah shalat di Arafah. Untuk kedua shalat tersebut, khutbah harus dilaksanakan sebelum shalat.

Rukun khutbah

Rukun-rukun khutbah ada lima :
1.Memuji kepada Allah pada khutbah yang pertama dan kedua. Contoh :
االحمد لله نحمد الله

2.Membaca shalawat pada Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam pada dikala khutbah yang pertama dan kedua. Contoh :
الصلاة والسلام على سيدنا محمد أصلي أو نصلي على محمد

Menurut pendapat yang kuat (mu’tamad), membaca shalawat tidak cukup menggunakan dhomir sekalipun lafadz Muhammad sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya, menyerupai :
صلى الله عليه

3.Memberi wasiat (pesan-pesan) dengan takwa pada khutbah pertama dan kedua. Contoh :
أوصيكم ونفسي بتقوى الله

4.Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu dua khutbah, baik pada khutbah pertama maupun yang kedua.

5.Membaca doa yang isinya terkait dengan urusan darul abadi untuk orang-orang mukmin pada waktu membacakan khutbah yang kedua. Contoh :

اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات

Syarat-syarat khutbah jum’at

Syarat-syarat khutbah jum’at yakni sebagaimana berikut :

  1. Dilaksanakan setelah masuknya waktu shalat Dzuhur.
  2. Harus diperdengarkan kepada 40 orang yang termasuk kategori hebat jum’at.
  3. Harus menggunakan bahasa arab. Adapun selain rukun-rukun khutbah, maka boleh menggunakan bahasa apapun.
  4. Berdiri bagi yang mampu.
  5. Suci dari hadats dan najis.
  6. Menutupi aurat.
  7. Duduk diantara khutbah dua. Ukuran minimalnya yakni menyerupai lamanya melakukan thuma’ninah dalam shalat. Sedang yang sunnat yakni perkiraan membaca surat al-Ikhlas, bahkan khatib sunnat membacanya saat melakukan duduk tersebut.
  8. Harus bersegera (wila’) dalam membacakan dua khutbah dan rukun-rukunnya.
  9. Harus dilaksanakan sebelum shalat.


Syarat-syarat khutbah jum’at menyerupai yang telah dijelaskan barusan tidak berlaku untuk khutbah shalat hari raya dan shalat gerhana.

Sunnat-sunnat khutbah


  1. Dilaksanakan diatas mimbar. Bila tidak ada mimbar, maka cukup dengan kawasan yang tinggi.
  2. Mengucapkan salam kepada orang yang berada didekat mimbar.
  3. Setelah sampai ditempat duduk, imam menghadap jama’ah, dan sebelum duduk, imam mengucapkan salam kepada jama’ah.
  4. Setelah mengucapkan salam, imam duduk, kemudian mu’adzin mengumandangkan adzan.
  5. Tangan kiri khatib berpegangan pada pedang atau tongkat, sedang ajun berpegangan pada mimbar.
  6. Jama’ah menghadap pada khatib dan mendengarkan isi khutbah dengan penuh khidmah.
  7. Setelah membaca khutbah, imam segera turun dari mimbar, sedangkan mu’adzin melakukan iqamah.
  8. Khutbah kedua diakhiri dengan doa :

أستغفر الله لي ولكم

Sunnat-sunnat khutbah hari raya :


  1. Dalam khutbah hari raya fitrah sunnat menjelaskan aturan zakat fitrah.
  2. Dalam khutbah hari raya kurban sunnat menjelaskan hukumnya berkurban.
  3. Takbir sembilan kali dipermulaan khutbah pertama.
  4. Takbir tujuh kali dipermulaan khutbah kedua.
  5. Pembacaan takbir diatas dipisah dengan bernafas.


Muraqqi atau Bilal

Muraqqi yakni protokol (MC) dalam pembacaan khutbah. Ada dua versi (pendapat) tentang aturan muraqqi ini. Pertama, pendapat yang memberikan bahwa membuat muraqqi dalam khutbah yakni bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Dikatakan bid’ah, alasannya praktik tersebut tidak pernah dijumpai pada masa Nabi Muhammad saw. Dikatakan hasanah, alasannya bacaan muraqqi sanggup mengingatkan para jama’ah untuk tidak berbicara saat pembacaan khutbah sedang berlangsung, dan mendorong mereka untuk memperbanyak membaca shalawat pada hari Jum’at.

Kedua, tidak sampai tergolong bid’ah. Sebab Nabi Muhammad saw pernah memerintah seorang sahabat untuk meminta jama’ah tidak berbicara saat mendengarkan khutbah di Mina waktu haji wada’. Menurut Imam Sibra al-Mulisi, perintah nabi tersebut dilakukan sebelum khutbah, sebagaimana yang dipraktikkan dalam khubah-khutbah masa kini.

Contoh bacaan muraqqi yakni sebagai berikut :
معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم الله،
روي عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إذا قلت لصاحبك يوم الجمعة أنصت والإمام يخطب فقد لغوت. أنصتوا واسمعوا وأطيعوا رحمكم الله (3×). اللهم قو الإسلام والمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات وانصرهم على المعاندين واختم لنا منك بالخير وياخير الناصرين برحمتك ياأرحم الراحمين.

Belum ada Komentar untuk "Rukun Dan Syarat Khutbah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel