Jika Cinta Itu Berwarna Pink



Jika Cinta Itu Berwarna Pink
Sebuah Novel Mini Hasil Karya Rizal Kurniawan
Jariku masih berlari-lari di keyboard laptop hitamku dengan kepala serasa penuh. Dua buah tumpukan buku masih menunggu giliran untuk saya buka satu persatu. Terlihat jam di atas meja sana telah memperlihatkan pukul satu malam. Satu gelas kapucino yang kuseduh beberapa jam yang kemudian di dalam cangkir besar itu telah habis. Proposal skripsiku belum juga selesai. Beginilah nasibku sekarang, saya harus mati-matian mengejar wisuda tahun ini. Semua ini gara-gara James, benar sekali, ia biang kerok semua penderitaan ini. Tiga tahun yang kemudian kami berjanji untuk sama-sama menamatkan S1 empat tahun kemudian kami harus terbang ke Amerika untuk S2. Sejak perjanjian itu saya harus mati-matian mengejar nilai supaya tidak ada nilai yang gagal untuk di ulang. Sejak perjanjian itu pula, saya berkembang menjadi seseorang yang perfksionis dan ambisius. Semua yang ku kerjakan harus sempurna dan semua pemikiranku harus saya wujudkan. Sial, perjanjian dengan mahasiswa kedokteran yang kuliah di Jakarta itu membuat hari-hariku melelahkan.

Dengan mata masih terasa mengantuk, saya memaksakan diri untuk bangun. Aku harus bertemu dengan dosen pembimbingku jam 8 hari ini. Sama sepertiku, dosenku lebih perfeksionis dariku. Sedikit saja ada yang salah di perbaikanku, saya harus megulangnya kembali. Tidak mengherankan belahan landasan teori skripsiku telah ku perbaiki sepuluh kali, masih juga terdapat kesalahan. Kertas yang penuh coretan merahnyapun telah menggunung di kamarku, tapi saya tidak pernah putus asa, demi perjanjian saya dengan James, tahun depan kami harus tebang ke Amerika untuk S2.

Berangkat ke Amerika merupakan bukan suatu dilema gampang. Aku harus mempersiapkan tawaran penelitian. Karena salah satu persyaratan untuk mendaftar di sana harus mempersiapkan tawaran penelitian terlebih dahulu, jadi untuk skirpsiku sengaja saya ambil permasalahan yang kompleks, sehingga sanggup dikembangkan pribadi untuk tawaran penelitianku di Amerika nanti. Selain itu yang masih menjadi permasalahan besar ada TOEFL, nilainya ngak tanggung-tanggung minimal 600. Terakhir tesku cuma 450 an, keningku berkerut ketika melihat nilai iut. Terakhir saya sanggup sms dari James minggu kemudian nilai TOEFL nya sudah sampe 630. Aku terpukul dengan sms itu, saya tak mau kalah dari James. Aku harus berangkat ke Amerika tahun depan, pekikku dalam hati. 

Ω∑

Sejak perjanjian itu, saya juga telah menetapkan sebuah keputusan yang sangat bertentangan dengan diriku sendiri. Aku menetapkan saya tidak akan pacaran hingga saya wisuda dan mendapatkan beasiswa ke Amerika. Karena pacaran sanggup memakan waktuku, sekaligus sanggup menjadi hambatan untuk meraih mimpiku yang tinggi ini. James memang gila, sampai-sampai kehidupan percintaanku harus ikut menanggung kerasnya perjanjian ini. Padahal di harianku saya mempunyai sahabat, namanya Rasty. Dia sahabat sekelasku sangat manis sekali, kulitnya putih berkacamata. Rambutnya lurus sebahu, saya sangat suka sekali melihatnya tersenyum, mirip ada bunga-bunga berterbangan di hatiku. Suara tawanya sanggup membuat taman bungga yang kering dihatiku menjadi penuh dengan mawar yang harum.

Dari sikap Rasty saya juga tehu ia menyimpan rasa untukku, itu tampak dari sikapnya padaku. Dia sangat perhatian padaku, bahkan ia mau menyemputku dengan mobilnya setiap kami pergi ke kampus.

Hari ini, saya ada kesepakatan dengan Rasty, ia sedang menungguku di kantin kampus jam 10, kulihat jam tanganku telah menunjuk jam 10:30. Aku berjalan dari ruang pemimbingku cepat ke kafe itu. Keringatku bercucuran lantaran habis mempertahankan tawaran dari pemimbing killerku. Tak sia-sia tidur cuma satu jam malam tadi, alhasil gesekan pena acc pun terlukis dengan indah di sudut kanan atas di halaman pertama belahan 2 ku, walaupun gesekan pena pemimbingku tak kalah ibarat cakar ayam, namun gesekan pena acc itu yakni gesekan pena terindah di dunia yang pernah kuliaht. Saat pena bapak itu mengukir gesekan pena itu, rasanya akulah orang yang paling beruntung di dunia. Hatiku melompat-lompat menyambut kemenangan ini. Tiba-tiba hape di sakuku memikik, kemudian ku lihat, ternyata dari Rasty. 

“dimana sih Rayn. Aku dah nunggu lama nihh. Jadi ngak bantu saya nyari buku?”

“ya jadilah..aku sedang lagi perjalanan ke sana, tunggu sekitar 3 menit lagi, saya baru dari pemimbingku nihh”

Lalu ku letakkan hapeku di saku kemejaku, akupun menambah kecepatan untuk berjalan menemui Rasty. Hari ini saya sudah berjanji dengannya untuk membantunya mencari buku perihal teori kepribadian prososial dan buku perihal sosiologi untuk bahan tawaran yang sedang ia rancang. 

Ω∑

Hari ini yakni hari yang sangat bersejarah dalam hidupku. Dengan pembelaan yang sengit dengan dosen- dosen egois, alhasil Proposal penelitianku di terima. Aku keluar dengan wajah penuh senyum. Langsung ku kirim sms ke James di Jakarta.

“Proposalku telah di terima, amerika selangkah lagi”

Tampak lah di kursi di ujung lorong sana Rasty sedang menungguku sambil baca buku. Melihat saya keluar dari ruang sidang ia pribadi berdiri dan berlari padaku.

“gimana… diterima gak porposalnya?”

Aku pribadi menyerahkan proposalku padanya. Setelah melihat gesekan pena dengan tinta merah di sudut atas “diterima, sanggup dilanjutkan ke penelitian”. Terbitlah senyum manis di wajahnya. 

“selamat yaa…” ujarnya senang.

“o iya,, kita ke kantin yuk..! saya traktir kau hari ini” jawabku sambil senyum.

Dia membalas senyumku, hatiku berdebar-debar tak karuan. Kami pun berjalan ke kafe langganan kami. Setibanya di kafe, kami duduk di korsi yang paling ujung yang pribadi berhadapan dengan sebuah kolam.

“gak taulah gimana dengan proposalku, kayaknya saya nyusul deh wisudanya” lirih Rasty, tampak sebuah kesedihan hinggap di wajah putihnya.

“mang data apa sih yang belum lengkap?”

“aku belum menemukan perbandingan teori perihal perkembangan kepribadian prososial di lingkungan ekonomi kelas atas dengan tingkat ekonomi kelas bawah, jadi saya belum sanggup menentukan hipotesis penelitianku”

“biar ku bantu kau selama tiga hari ke depan untuk mencarinya, kebetulan saya mulai membuat perbaikanku tiga hari lagi”

“benar ngak ganggu perbaikanmu?”

“bener, besok kutunggu jam 9 di sini ya.”

“terima kasih banyak Rayn. Kamu selalu baik padaku” senyum Rasty kembali terkembang. Aku melihat senyumnya yang terakhir ini menyimpan makna yang dalam untukku. Maaf Rasty, saya tak sanggup mengungkapkan cinta padamu ketika ini, nanti setelah wisudaku dan beasiswaku telah kudapatkan, saya berjanji saya akan menceritakan semua cinta ini padamu. Lirihku dalam hati.

∑Ω

Selama tiga hari kamipun berhasil menemukan teori-teori yang diperlukan oleh Rasty. Sehingga hipotesisnya penelitiannyapun sanggup dirumuskannya dengan landasan yang kuat. Sekarang giliran Rasty mentraktirku di kafe langganan kami yang terletak di samping Fakultas. Dengan tempat duduk ibarat biasa, kami bercerita panjang perihal suka duka ketika kami mencari teori yang di butuhkan Rasty.

“aku yakin dengan teladan sekuat ini, propsalmu akan diterima Rasty” kataku sambil senyum.

“terima kasih sekali lagi Rayn, kau telah membantuku merampungkan proposalku, saya tidak tau bagaimana nasib proposalku bila tak ada kamu, coba saja kau selalu sanggup bersamaku, pasti saya semua masalahku akan terasa telah terselesaikan” suara Rasty keluar dengan lembut dari mulutnya, tiba-tiba suasana berubah, saya tidak sanggup berkata sepatahpun beberapa saat, senyumanku yang mulanya terkembang, kini kecut ibarat bunga layu. Darahku naik terasa sekali. Wajahku tak berani menatap Rasty ibarat biasanya. Rasty mamandangku sejenak.

“o iya.. saya harus bertemu dengan pemimbingku kini untuk mendiskusikan perbaikan proposalku kemaren” saya pribadi mengalihkan pembicaraan dan pribadi pergi. “aku pergi dulu ya, besok kita janjian lagi di sini, hari ini saya aja yang bayar” kataku sambil berdiri dan pribadi menuju ke kasir untuk membayar. Terlihat wajah Rasty tampak kecewa duduk disana,

 Sambil berjalan saya memikirkan Rasty. Apakah saya telah menyakiti Rasty?. Maafkan saya Rasty, bukannya saya tidak cinta padamu, saya cuma belum siap. Seandainya kau tau bagaimana keadaanku ketika ini, kau pasti mengerti mengapa saya melakukan semua ini padamu. Aku berharap kau sanggup bertahan hingga final semester depan, saya berjanji cintaku akan menyemputmu dengan sejuta keindahan. Perjanjian dengan James ini memang menyiksaku. Sial. Upatku dalam hati.

Ω∑

Setelah hari itu, Rasty jarang sekali mengirim sms padaku hanya sekedar bercanda. Biasanya hampir setiap malam kami sering smsan saling bercanda. Karena telah fokus pada penelitian skripsiku, saya juga jarang sekali ke kampus, hanya jikalau ada hal-hal yang penting dengan pemimbingku baru saya mengunjungi kampus. Itupun hanya beberapa jam saja. Dengan keadaan ini, saya jarang sekali bertemu dengan Rasty lagi, saya bahkan tidak tau bagaimana perkembangan penelitiannya. Aku tak berani mengirim sms padanya, saya merasa bersalah telah menyakiti Rasty di kafe itu.

Tapi saya yakin Rasty yakni wanita yang tegar, ia pernah bercerita padaku, ia juga berminat sekali untuk sanggup wisuda semester depan, dengan mengigat-ingat ketika Rasty menderitakan itu padaku, saya yakin Rasty juga sedang mengejar wisuda di semester depan, mudah-mudahan kita sanggup wisuda bersama Rasty, ketika itulah saya akan menjelaskan semuanya padamu, lirihku dalam hati.

∑Ω

Malam ini saya masih menghitung-hitung data penelitanku yang baru saja kuselesaikan kemaren. Tiba-tiba hapeku berdering keras, saya terkejut sekali, pikiranku pribadi teringat pada Rasty. Akhirnya Rasty juga megirim sms padaku, kataku dalam hati, 

Ketika sms ku buka, ternayata bukan Rasty, ternyata sms dari James.

“aku telah mendapatkan beasiswa dari IMT California. Setelah wisuda nanti, saya pribadi berangkat bersama tiga orang temanku. Aku harap sanggup bertemu denganmu disana Rayn”

Sms mengkremasi hatiku. James sainganku dari SMA dulu alhasil telah lulus di MIT, saya tak mau kalah dengannya. Sejak ketika itu saya selesaikan skripsiku dengan penuh semangat, juga saya mempersiapkan tawaran penelitian tesisku untuk persiapan pendaftaran beasiswa nanti. Untuk TOEFL saya sengaja mengikuti pelatihan, lantaran saya tidak punya waktu lagi untuk belajar sendiri. Waktuku sangat sempit sekali. Aku hanya mempunyai waktu 2 jam untuk tidur demi mengejar targetku ialah Amerika.

Tiga bulan setelah sms dari James, saya merasa telah sanggup untuk mendapatkan nilai di atas 600 untuk TOEFL ku. Skripsiku semuanya juga telah selesai, tinggal menunggu koreksi dari pemimbing dua. Proposal tesisku juga telah kusiapkan sebagai salah satu syarat untuk mendaftar beasiswa Amerika. Tinggal TOEFL yang belum ku persiapkan. 

Hari ini saya coba mencari informasi perihal tes TOEFL tingkat nasional ini. Aku menemukannya dengan jawdal tiga hari lagi. Aku pribadi mendaftar ke sekretariatnya langsung. 

Tak terasa tes TOEFL dilaksanakan hari ini, saya sengaja tiba cepat datang. Duduk di paling depan, tak sengaja saya melihat ke arah samping kiriku, dua deret kesana, tampaklah Rasty duduk disana, wajahnya semakin manis saja, ketika melihat kea rah Rasty, ada suara detak tak beraturan di jantungku.

Setelah tes selesai saya beranikan diri untuk menemui Rasty.
“hai… kok sanggup bertemu disini ya?”gledekku dari arah belakang.

Dengan terkejut ketika memutar tubuhnya dan melihatku di belakangnya Rasty terkejut “ehh…Rayn!! Ikut tes juga ya, kok ngak ngasih kabar sih”

“hehehe…aku juga ngak tau Rasty juga ikut. O ya gimana skripsinya?”

“alhamdulillah, alhasil beres juga”

“maaf ya saya ngak sanggup bantu”

“ngak pa-pa, saya sanggup sendiri kok, lagian saya ngak mau menganggu konsentrasimu lagi” suasana kembali terasa berubah, tapi kini Rasty pribadi mengambil sikap.

“pulang bareng yuk.. dah lama nih ngak ntanter kau pulang”

“hahahaha… tapi kita singgah di kafe makan siang dulu ya”

“boleh… boleh. Tapi kau yang traktir ya…”

“aman…ayok.”

Kami pribadi meluncur ke kafe langganan kami itu. Rasty kini sudah tampak berubah, ia menjaga ucapannya supaya tidak terbawa emosi. Mungkin ia pikir saya tidak suka padanya, ia menyangka bahwa posisinya hanya sebagai dekat kawan di mataku, padahal tidak, ia salah paham. Aku sangat mencintaimu Rasty.

Ω∑

Waktu akhirpun telah datang, pagi ini yakni hari diwisudanya kami oleh universitas. Terlihat Rasty dengan wajah di taburi warna-warna cerah semakin manis saja yang duduk di kelompok cewek di depan sana.

 Tak terasa pemanggilan namaku datang. Aku berjalan di depan serasa akulah orang yang besar ketika itu. Dengan membungkukkan kepala ke arah Dekan, alhasil tali kuning yang ada di kiri togaku, telah dipindahkan ke kanan. Pada ketika itu saya telah resmi menjadi Sarjana Psikologi. Aku tidak menyangka dengan kerja keras setiap hari, saya sanggup menamatkan kuliahku empat tahun. 

Tidak hanya saya yang berbahagia, tampak di sana Rasty tak henti-hentinya megembangkan senyumannya sambil berfoto-foto bersama kawan-kawannya. Lain halnya denganku, saya masih terganggu dengan pengumuman penerimaan beasiswaku di Amerika, satu bulan yang lalu, saya telah mengirimkan berkas-berkasku ke lembaga yang memperlihatkan beasiswa itu. Setiap hari saya menunggu panggilan hingga hari ini, saya belum juga di hubungi. Jangan-jangan saya ngak lulus lagi, seandainya saya ngak lulus, saya kalah telak di kompetisiku yang besar ini bersama James. Walaupun demikian, saya tidak sanggup berbuat apa-apa selain menunggu.

Sedang terdiam di salah satu tempat duduk umum di tengah keramaian kegiatan wisuda ini, saya dikagetkan dari belakang. Ada seseorang menepuk punggungku dari belakang.

“hei…kok benggong-benggong aja, foto yuk” suara Rasty sambil senyum-senyum padaku.

“iya..di situ aja” jawabku ke arah taman gedung di tengah sana.

Setelah berfoto-foto, dengan wajah yang penuh kecemasan, akupun pulang, rasanya sangat letih sekali. Ternyata wisuda itu juga melelahkan, sama saja ibarat kegiatang MOS waktu masuk dulu.

Setelah di rumah saya pribadi ke kamar, kubuka sepatu kulit hitam yang juga terlihat letih setelah menemaniku seharian. Aku merasa gerah sekali, saya ambil handuk merah yang tergantung dinding kamarku, sebelum melangkah ke kamar mandi, hapeku memkik di atas kasur sana. Langsung kulihat, ada nomor baru yang tak ada namanya sedang memanggilku. Siapa pula ini, ngak tau saya lagi capek, ganggu aja. lirihku dalam hati.

“halo, selamat sore, kami dari lembaga beasiswa, menyatakan anda diterima di salah satu universitas di Amerika, anda harus tiba besok ke kantor kami untuk tes wawancara”

Setelah mendengar gosip itu, saya pribadi melompat-lompat di atas kasurku ibarat anak kecil, sambil tertawa ngak karuan.

∑Ω

Akhirnya saya lulus di universitas Stanford jurusan Psikologi. Hatiku senang tak karuan. Dua hari sebelum keberangkatanku, saya baru ingat ada sebuah kesepakatan yang harus saya tepati pada Rasty. Aku harus menceritakan semuanya pada Rasty, kini kondisiku telah terbayar lunas, saya akan menceritakan sejuta cinta padanya. Dengan tidak sabar saya berangkat ke rumah Rasty.

“Rastynya sedang liburan ke Bandung rumah kakaknya selama seminggu Rayn” suara mama Rasty menjawabku. Bagaimana ini, apakah saya harus ke Badung dulu? Kayaknya ngak sempat. Bagaimana ini, saya dua hari lagi sudah berangkat dari Indonesia. Tidak ada pilihan lain saya mengasih catatan pada mamanya Rasty. 

“tolong titipkan catatan ini pada Rasty tante”

Akupun berjalan tertatih-tatih, saya menyesal sekali mengapa saya tidak terus terang aja sejak dulu bahwa saya juga mengasihi Rasty. Aku berfikir apakah saya sanggup bertemu lagi dengan Rasty ketika kembali dari Amerika nanti. Air mataku tak terasa jatuh dari sudut mataku. Tapi gimana lagi, saya percaya cinta sejati pasti akan tumbuh pada saatnya nanti, saya cuma sanggup berharap dari kata itu.

Ω∑

Akupun telah di atas pesawat terbang menuju Bangkok dari Bandara Soekarno Hatta, dari Bangkok nanti baru kami terabang ke Amerika. Di dalam pesawat, pikiranku tak tenang, saya berfikir perihal Rasty. Aku berharap kertas yang saya titipkan pada mamanya Resty. Mudah-mudahan Resty membacanya

Seharusnya cinta ini berbunga dari dulu
Ada sebuah kawat berduri yang menghalangi cinta kita
Sadarkah engkau…
orang yang akan selalu mencintaimu
sekarang hingga nanti itu yakni aku,

cintaku sangat besar untukmu
seandainya cinta itu berwarna ping
pasti ku ubah menjadi warna wajahmu
tunggu aku,, saya akan kembali
aku pasti kembali, itu hanya untukmu

Klik disini melihat profil penulis Rizal Kurniawan

Belum ada Komentar untuk "Jika Cinta Itu Berwarna Pink"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel